antologi.dunia: Rintik-Rintik Di Tanah Kontang

Isnin, 26 November 2012

Rintik-Rintik Di Tanah Kontang




"Bila sekuntum bunga desa terpaksa tumbuh di tengah-tengah taman yang amat kontangnya, bagaimanakan bunga sekuntum itu ingin terus berkembang?"


Tentang sekisah kuntum bunga desa, bunga yang tak ternoda. Dipindah dari desa yang membentuk jiwanya, dari taman yang damai, ke taman yang kering, yang merekah tanah menampakkan isi bagi mereka yang tak tekal hati.

Taman yang kontang - taman yang penuh dengan seribu dugaan, panas mendahagakan dan angin kasar yang menyisikkan kulit.

Bunga nan sekuntum, desa jauh datangnya ke sini, di tanah yang memerlukan jiwa sekuat pokok. Yang akarnya menunjang dalam ke pasak bumi - mampu hidup di tanah seribu tahun kontangnya - tak semua kuntum bunga bermampu. Bunga nan sekuntum, kuatnya, tidak banyak kuntum-kuntum lain sama mempunyai.

Ianya tidak putus asa tumbuh sekuntum di tengah-tengah. Justeru, ia juga mampu untuk bermekar, mengembang-gembang.

Jiwa yang seorang - sekuntum bunga - menanti hujan yang bakal datang. Nantikan. Kerana ianya akan datang, itu janji Tuhan. Bumi yang kontang merekah tidak selama kering dihisap airnya pergi. Akan jua datang nanti, rintik-rintik yang membawa lembap subur yang menyegar. Rintik-rintik yang datang di hujung petang, malah di awal pagi, sesudah subuh. Juga, yang datang di tengah malam, melenakan untuk bermimpi impian.

Tanah yang jarang disiram hujan akan jadi wadi sehenti untuk sekalian musafiran. Kerana bunga nan sekuntum, tekal untuk tumbuh dan menggembirakan.

Dengan sejuk nyamannya.

2 ulasan:

Nur Suhada berkata...

Lewat senja, hujan nan merenik datang singgah. Membasahi sekuntum bunga yang kekadang - terkuncup - mekar - kembang.. Membasahi tanah nan amat kontang. Lalu ia membasah, menyejukkan akar si bunga. Bunga kembali menyegar, segar dan malar.

Saudara Jamal, terima kasih atas entri ini. Tiba-tiba terpanggil bertandang ke sini. Rupanya, ada hujanan motivasi untuk sekuntum bunga untuk terus mekar dan mekar lagi.

Bunga desa sekuntum itu harus kuat. Walau di mana ia terpaksa tumbuh. Ya, dan saya harus begitu. :)

Jamal Ali berkata...

@Nur Suhada

Saya terpanggil untuk membalas setelah mendengar dengan mata - untuk menitip semangat untuk jiwa.

Ianya bukan pemula tetapi adalah sokongan.

Bunga sekuntum dari desa itu tak perlu gundah, Tuhan itu sentiasa menjadi teman - ke mana-mana.