antologi.dunia: Mengutip Kacang Panjang Bersama Kenangan (i)

Khamis, 1 November 2012

Mengutip Kacang Panjang Bersama Kenangan (i)



Berkebun berkacang panjang boleh dikatakan sebagai tradisi keluarga saya di desa jauh. Ianya hampir berusia lebih sepuluh tahun. Jika seorang manusia sudah menjadi anak yang sedang menginjak ke alam remaja dengan waktu ini,begitu juga dengan kisah berkebun kami. Saya sudah larut dengan kisah berkebun kacang hampir separuh dari usia saya. Kisah berkebun yang penuh terisi dengan pelbagai suka dan duka, malah dengan peristiwanya saya jadi kenal dengan diri saya.

Kali pertama saya bermula saya masih tak kenal dengan kalian. Malah saya tidak tahu sebeginilah perkenalan saya dengan kalian. Begitu banyak ia telah merubah saya - menanam saya dengan ingatan demi ingatan, membikin saya dengan bergunung semangat - saat saya dengan tunduk di kebun kacang. Saya masih ingat lagi kali pertama ia bermula. Hanya bersekangkang kera di hadapan rumah - tanah wakaf masjid yang kininya sudah ditembus dengan jalan kampung baru bertar. Cuma hanya itu yang menjadi memori saya untuk peristiwa yang lama itu, dan beberapa cebisan yang masih segar menggelintar ruang fikiran.

Kisah saya menanam hasrat di bawah rendang rambutan dengan cangkul di tangan. Dan peristiwa anak kecil yang penakut di waktu malam. Kerana tiada siapa yang tinggal di pondok teduh kami kerana semua orang sudah turun ke kebun kacang.

Saat itu saya hanyalah kurang dua belas tahun hidup.

Ianya memori yang cukup indah. Waktu saya kecilan dahulu, tidak fikir akan masalah hubungan antara manusia, yang ada hanya penuh dengan harapan tinggi demi keluarga - emak, ayah dan embah - hanya itu, yang membuat saya cukup rindu di hari ini.

Berkebun kacang itu pada orang lain ianya tampak biasa. Pada saya, pada kami ianya lebih daripada erti berbudi pada tanah.

Benarlah pandangan orang lain, saya ini insan yang gemar mengenang dan beringatan. Dan atas gelaran itu, saya cukup berbangga.


 

2 ulasan:

Pika pongpong berkata...

Kan2..
Bila usia menginjak dewasa ni, banyak mengenang kenangan..
especially benda2 yang terjadi masa kecik2 dulu.

Tapi kenangan2 itulah yg menjadikan kita rasa hidup kita ni istimewa..ada makna dan lain dari yang lain walaupun sekecil2 benda mcm bau hujan depan rumah.. hehe

Jamal Ali berkata...

@Pika pongpong

Bila kita sudah dewasa ini, makin banyak kenangan yang kita jadi rindu.

Terasa indah bukan? Sedang Pika masih teringat bau hujan di depan rumah, saya pula masih terhidu-hidu harum daun-daun kering dibakar di lewat tengah hari yang redup.

Kenangan lama tak dapat dicapai lagi, kenangan lama juga tak dapat dibuang.