Isnin, 21 Januari 2013
Kota Terakhir (i)
Kita bertemu tak bercukup sebulan.
Kita bertemu pada hari itu - masih lagi terasa di hujung mata. Kecil tubuhmu, halus-mulus peganganmu, masih berbekas dari hari yang pertama-tama itu. Saat aku ketawa gembira bertemumu, waktu kau berasa selesa dalam genggam dua tanganku, semuanya bakal tinggal dalam memori dunia.
Kita bertemu kerana takdir, dan aku amat bersyukur - hari ini - kepada Tuhan kerana mendatangkan dirimu dalam perjalanan hidupku ini.
Tapi, Tuhan tak mengizinkan kita untuk pergi bersama-sama lebih jauh lagi.
Malam itu, kali terakhir kita bersua, aku akan kenang dalam rindu.
Bukankah tanah yang menjadi hijab kali ini (dan selamanya) tidak menghalang hati, dan harapan kepada Tuhan.
Saat akhir petang esoknya, dalam dakapan bumi yang menjadi ibu kepadamu yang seterusnya, perlahan-lahan aku yang menutup wajah sucimu dengan seroi dan besar selimut yang tebal (dalam seorangan itu, dalam pandangan kepada tempat sementaramu) menutur perasaan hati.
"Tuhan... temukan kami kembali di dunia sana - dunia yang tak fana."
Atas perpisahan kita aku bersyukur, kerana akhiranmu tidak disia-siakan oleh Tuhan. Tidurmu di dunia akan jadi selamanya. Dan aku tahu Allah sudah menyambut kedatangmu di sana - lalu kasihku, sampaikan RINDUKU (yang tak seberapa) kepada-Nya.
Perpisahan kita ini adalah sementara, seperti dunia seperihalnya jua. Perpisahan kita selepas hidup bersebulanmu - walau ia tak lama - moga ia meneguh hati dan jiwa ini, bersedia untuk tidak menangis, bila datang perpisahan-perpisahan yang akan datang.
-Selamat tinggal (pertemuan jasad) sang kasih hati-
21 Jan 2013
di tengah zuhur yang makin ketepi
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
2 ulasan:
ini kisah nyata? kisah seseorang yang ditinggal kekasih hatinya setelah baru menikah gitu?
@Asiah Nur A
Ianya kisah nyata, sememangnya.
Tapi pengertian berkasih itu bukan hanya satu - ianya meluas. ^_^
Saya lebih gemar untuk berkias daripada menyata perkara sebenar. Ia menjadikan sesuatu penilaian itu menjadi lebih indah.
Catat Ulasan